Kenapa pergerakan politik NU harus melalui wadah PKB?
Pada masa reformasi muncul kesadaran baru bahwa NU perlu kembali ke
khittoh sebagai kekuatan sosial keagamaan, ekonomi dan budaya.
Kesadaran itu sebagai evaluasi untuk membagi perjuangan kaum Nahdliyin.
Yakni NU mengurusi bagian sosial keagamaan, ekonomi, dan budaya.
Sementara, untuk melanjutkan perjuangan politiknya didirikanlah partai
sekitar 1997-1998 dengan nama PKB sebagai alat perjuangan politik NU.
Keputusan itulah yang membuat NU tidak terlibat langsung dalam politik
praktis lagi, tidak lagi memiliki dua fungsi seperti pada masa orde
lama, yaitu sebagai ormas dan di sisi lain sebagai parpol.
NU dikenal sebagai ormas kaum Nahdliyin, kenapa juga harus berpolitik?
Dalam sejarahnya, ormas yang kini bernama NU itu berawal dari dua
kelompok gerakan, yaitu Raisul Fikr atau Taswirul Afkar, kelompok atau
gerakan intelektual, dan Nahdlatut Tujjar yakni kelompok pengembangan
ekonomi yang berbasis pada gerakan para pedagang atau pengusaha. Kedua
kelompok ini yang akhirnya menjadi kekuatan NU sebagai pergerakan yang
concern pada sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan politik.
Artinya, yang harus kita pahami bahwa NU bukanlah semata ormas yang
memiliki paham keagamaan, tapi juga paham kebangsaan yang lahir atas
perkawinan antara Islam dan tradisi budaya.
Dengan berdirinya PKB, apakah NU sudah tidak berpolitik lagi?
NU secara organisasi memang sudah tidak ikut dalam politik praktis,
hanya sebagai gerakan di bidang sosial keagamaan dan budaya. Tapi
dengan lahirnya PKB tentu gerakan politik NU tetap berjalan. Sebab, PKB
itu sendiri dilahirkan atas dua mandat. Yaitu lahir dari dinamika
reformasi sebagai logika demokrasi, serta sebagai anak kandung dalam
gerakan politik NU. Dengan mandat itu, peran politik kaum Nahdliyin yang
dulunya menjadi kesatuan di tubuh NU sekarang dipisah di dalam gerakan
politik PKB.
Tahun ini PKB memasuki usia ke 13. Apa harapan Anda?
Dalam momentum Harlah ke-13 ini, kami memiliki beberapa agenda yang
diberi nama konsolidasi tahap II. Salah satu agendanya adalah adanya
kesadaran menyikapi perbedaan pendapat sebagai hal wajar. Perbedaan
pandangan jangan lagi diposisikan sebagai sesuatu yang mengancam
integritas antar kader, sehingga berimbas pada permusuhan. Karenanya,
itulah yang disebut sebagai upaya untuk membangun tradisi politik yang
sehat dalam parpol.
Sebagai anak kandung NU, apa harapan PKB dengan usia ke-85 NU?
Setelah NU berkembang dan besar, yang perlu dipahami para generasi
mudanya adalah bahwa pencapaian tersebut dilakukan dengan serba
keterbatasan para pendiri dan pengembang NU. Mereka bekerja dan bergerak
dengan tanpa fasilitas memadai. Para pendahulu kita bekerja dengan tiga
modal, yaitu keikhlasan mengabdi, kecerdasan menyampaikan ajaran NU,
dan kepemimpinan yang baik.Modal tersebut yang menjadikan NU besar
sampai menjadi kekuatan sangat luar biasa di tanah air ini, meski dalam
kondisi serba keterbatasan sarana dan pra sarana.
Karena itu, generasi muda NU dan PKB harus menjadikan sejarah itu
sebagai spirit untuk melakukan pengembangan dan gerakan-gerakan lebih
cangih lagi, sehubungan kondisi sekarang yang serba modern ini. Jika
kita bisa melakukan itu, berarti kita tidak salah memaknai Harlah NU
yang sudah memasuki usia renta ini.Sebab, yang menjadi cita-cita NU itu
adalah menjadi tujuan dari perjuangan PKB, untuk mengabdikan diri buat
bangsa dan negara. NU di luar Jawa kurang kuat, tapi PKB cukup kuat
bahkan terbentuk hingga ranting atau desa dan perkampungan. Tapi di Jawa
NU sangat kuat, sebaliknya PKB agak kurang.Di sinilah maka terjadi
saling menopang antara PKB dan NU, dengan fungsi dan perannya
masing-masing. Tapi kondisi PKB saat ini, Insya Allah sudah kuat dan
mengakar, ibarat pohon akarnya makin kuat ke bawah dan makin menjulang
ke atas.HMJS
Maju Tak Gentar
BalasHapusMembela yang Benar . . .
OSH !